A. Pengertian
Istilah ‘Gestalt’ merupakan
istilah bahasa Jerman yang sukar dicari terjemahannya dalam bahasa-bahasa lain.
Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole psychology’ dan sebagainya.
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain.
Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain ‘shape psychology’, ‘configurationism’, ‘whole psychology’ dan sebagainya.
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain.
Fokus teori Gestalt adalah ide
tentang “pengelompokan”, yaitu, karakteristik stimulus menyebabkan kita
struktur atau menafsirkan bidang visual atau masalah dengan cara tertentu
(Wertheimer, 1922).
Beberapa
hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1)
Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa
organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti
(pragnanz)
2)
Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal
yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3) Hukum
kecenderungan, mengatakan
bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4)
Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal
yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5)
Hukum kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal
yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
B.Karakteristik Teori Gestalt
a.
Mempunyai
Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.
Hukum
menurut Wertheimer tahun 1923, dalam bukunya “Investigation of Gestalt Theory”:
1)
Hukum
keterdekatan (Law of Proximity)
Hal-hal
yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu
totalitas.
2)
Hukum
ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal
yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3)
Hukum
kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal
yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompokatau suatu totalitas.
b.
Proses
pembelajaran secara terus – menerus dapat memperkuat jejak ingatan peserta
didik
Menurut
Kurt Koffka:
1)
Jejak
ingatan (memory traces),
Suatu
pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan
secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali
jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
2)
Perjalanan
waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
Perjalanan
waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
3)
Latihan
yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan
c.
Adanya
pemahaman belajar Insight.
Menurut
Wolfgang Kohler, Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di
dalam situasi permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar menurut
teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Kemampuan
Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan
dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok
(spesiesnya).
2)
Insight
dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3)
Insight
tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
4)
Pengertian
merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan
persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan
persoalan lain pada situasi yang berlainan.
5)
Apabila
insight telah di peroleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam
situasi lain.
C. Tokoh-Tokoh yang menciptakan teori Gestalt
Max
Wertheimer (1880-1943)
Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga
serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada
tanggal 15 April 1880Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah ia melakukan suatu eksperimen dengan menggunakan sebuah alat yang bernama stroboskop, yaitu suatu kotak yang didalamnya terdapat dua buah garis yang satu tegak dan yang satu melintang. Jika kedua garis tersebut diperlihatkan secara bergantian terus menerus maka akan tampak seakan aska garis tersebut bergerak dari melintang menjadi tegak. Inilah yang disebut gerakan semu.
Kurt
Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886.
Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh
Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu dengan
Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran
psikologi Gestalt di Berlin. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada
anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi
Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka.
Eksperimennya adalah : seekor
simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di
dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah
memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu
ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
D.Prinsip-prinsip :
a.
Principle
of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun
ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
b.
Principle
of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang
sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
c.
Principle
of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya
d.
Principle
of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
e.
Principle
of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
f.
Principle
of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek
seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar
belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan
merubah persepsi tentang melodi.
g.
Principle
of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
I E.Implementasi Teori Gestalt dalam Pembelajaran
a.
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan
yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
c.
Perilaku bertujuan (pusposive
behavior); bahwa
perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
d.
Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan
pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.
F. Kelebihan dan Kekurangan
Adapun Kelebihan teori Kognitif
adalah sebagai berikut:
a.
Dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
b.
Dapat
meningkatkan motivasi.
Sedangkan Kekurangan teori
kognitif adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang siswa saja ,
maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. Apabila kita menekankan pada
keaktifan siswa, dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif
dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis pembelajaran ini tidak akan berhasil
secara menyeluruh guru juga dituntut
untuk mengikuti keaktifan siswa, kionsekuensinya adalah guru harus rajin
mempelajari hal-hal baru yang mungkin
b.
Konsekuansinya
terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus
mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari .
0 komentar:
Post a Comment