Truth and Wisdom (Kejujuran dan
Kebijaksanaan), merupakan tujuan akhir dari perkembangan intelektual.
Cinta pada kejujuran berimbas pada mencari pengetahuan secara terus menerus. Kebijaksanaan merupakan kemampuan untuk membedakan hal yang benar dari yang salah dan mengerti arti serta nilai dalam hidup secara mendalam dan berperilaku dengan selaras.
Cinta pada kejujuran berimbas pada mencari pengetahuan secara terus menerus. Kebijaksanaan merupakan kemampuan untuk membedakan hal yang benar dari yang salah dan mengerti arti serta nilai dalam hidup secara mendalam dan berperilaku dengan selaras.
1.
Integrity as a way of Life
(Integritas Sebagai Sebuah Jalan Hidup)
(Integritas Sebagai Sebuah Jalan Hidup)
Sudahkan
Anda menjadi pribadi yang berintegritas?
Integritas
merupakan kemampuan dari dalam diri secara menyeluruh, konsisten dalam
kata-kata dan tindakan seseorang, nilai-nilai dan perilaku; setia untuk
berperilaku jujur.
Ada
poin-poin penting yang dapat diperoleh dari pengertian diatas:
- Kemampuan secara menyeluruh
- Konsisten pada kata-kata dan tindakan, nilai dan perilaku
- Setia untuk berperilaku jujur
Pentingnya
Menjadi Orang Yang Berintegritas
"Lindungi
integritas anda layaknya benda keramat." Ralph Waldo Emerson
Integritas
merupakan pondasi dasar dari karakter seseorang, orang yang berintegritas akan
memegang teguh nilai-nilai terpuji dan tertinggi kehidupan (Superior values)
dan melaksanakannya dalam hidup. Nilai-nilai tersebut dapat berasal dari
berbagai sumber seperti dari agama, pendidikan yang diberikan oleh orang tua,
maupun nilai-nilai yang ada di masyarakat. Berpegang teguh pada nilai-nilai
yang dianut akan menyebabkan seseorang dapat hidup konsisten dengan nilai-nilai
yang dianutnya. Contoh sederhananya, bila anda percaya bahwa Tuhan Maha
Melihat, dan pasti mengetahui apa saja yang dilakukan manusia, maka anda akan
sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang buruk, menghindari melakukan hal yang
dilarang oleh agama, serta melakukan kebaikan-kebaikan meskipun tak ada
seorangpun yang melihat.
Orang
yang berintegritas adalah orang yang sudah memiliki kepribadian secara utuh,
memiliki prinsip dan pendirian. Proses merupakan hal yang terpenting,
orang-orang yang berintegritas yakin bahwa apabila melakukan sesuatu sesuai
dengan kaidah atau tuntunan yang benar maka hasilnya akan memuaskan, sebaliknya
bila proses yang dilakukan sudah tidak benar atau tidak sesuai dengan
niali-nilai yang ada maka hasilnya juga tidak akan baik. Sehingga tidak
tertarik dengan menyelesaikan masalah dengan cepat namun melenceng dari
nilai-nilai terpuji yang ada.
Integritas
identik dengan menjaga nilai-nilai kejujuran, setia atau konsisten untuk
berperilaku jujur. Berperilaku jujur ketika berada dalam lingkungan masyarakat,
lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dll. Langkah awal untuk menjadi
seseorang yang selalu menjaga nilai-nilai kejujuran adalah berusaha untuk jujur
kepada diri sendiri. Hidup dalam kebenaran adalah prinsip orang yang
berintegritas tinggi. Sebisa mungkin dia akan menghindari perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan hal-hal yang ia yakini, dan berpegang teguh pada hal
yang ia percayai.
Orang
yang berintegritas tinggi akan selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam
hidupnya, sebagai implikasi konsisten dalam menjaga nilai-nilai yang dianutnya.
Tingkat integritas seseorang dapat diukur dengan seberapa kuat ia memegang
teguh hal-hal yang ia percayai, tak terpengaruh oleh lingkungan yang ia
tempati, apabila ia terpengaruh dengan nilai yang bertentangan dengan nilai
yang dianutnya sebelumnya maka nilai integritasnya masih belum tertananam dalam
jiwa. Sikap orang yang berintegritas, misalnya:
- · Dapat dipercaya
- · Menepati Janji
- · Bertanggung Jawab dalam Berperilaku
- · Melakukan apa yang dirinya katakan
- · Membedakan Mana yang Baik dan yang Benar
- · Menjaga Nilai-Nilai Kejujuran dalam setiap perilaku
Dari
contoh diatas, terlihat jelas bahwa dengan menanamkan integritas pada diri
dapat menguatkan diri untuk berperilaku terpuji. Adapun beberapa contoh perilaku
yang tidak mencerminkan Integritas, misalnya:
- · Mencontek saat ulangan
- · Berbohong
- · Memanfaatkan orang lain demi kepentingan sendiri
- · Mengingkari Janji, dll.
Faktor
yang Mempengaruhi Integritas Seseorang
Integritas
itu pondasi karakter, sedangkan karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain, sehingga akan berimbas juga pada integritas seseorang. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Diri
Sendiri
Diri
sendiri merupakan salah satu factor terpenting dalam membentuk jiwa integritas
seseorang. Masing-masing kita merupakan pemimpin diri sendiri. Perubahan hanya
akan terjadi jika diri kita menyetujui untuk berubah. Dalam konteks factor yang
mempengaruhi integritas, terkadang muncul godaan berupa pemikiran atau
keinginan untuk melakukan hal yang bertentangan dengan nilai yang telah
tertanam dalam jiwa. Bila tidak memegang teguh pendirian maka integritas
menjadi terabaikan.
2. Lingkungan
Manusia
adalah mahluk social. Tak ada satupun manusia yang bisa hidup sendiri, dalam
kehidupan bermasyarakat memang sewajarnya manusia memegang peranan yang berbeda
agar bisa hidup saling melengkapi dan saling menghargai dalam keberagaman.
Namun adakalanya keberagaman bisa berdampak negatif pada diri sendiri, termasuk
integritas kita. Keberagaman cara berfikir dan nilai-nilai social yang dianut
yang terkadang bertentangan dengan nilai yang tertanam dalam diri sehingga akan
timbul masalah dalam meneguhkan prinsip yang telah diyakini. Contohnya bila
melihat beberapa orang dengan sengaja berbohong demi meraih hal yang diinginkan,
padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip yang kita pegang,
sehingga bila terjadi terus menerus akan menimbulkan konflik dalam jiwa
sehingga bila keteguhan hatinya tidak kuat bisa membuat diri kita melakukan apa
yang dilakukan orang-orang di lingkungan tempat kita tinggal.
2.
Solving Complex Problem
(Menyelesaikan Masalah Kompleks)
(Menyelesaikan Masalah Kompleks)
Kehidupan
manusia di bumi tak akan lepas dari masalah atau cobaan. Masalah datang silih
berganti seiring berjalannya waktu. Masalah yang dihindari tak akan hilang
begitu saja, namun akan menumpuk bersama masalah-masalah lama yang belum
terselesaikan, masalah yang sedang dihadapi maupun masalah baru yang akan
datang. Masalah dapat berkaitan dengan diri sendiri saja, seperti masalah
kesehatan, hobi, keperluan, rasa lapar, dll. Namun ada juga masalah yang
berkaitan antara diri sendiri dengan orang lain, seperti perselisihan, salah paham,
masalah organisasi atau kelompok, dll.
Setiap
masalah yang datang menghadang harus diselesaikan, karena masalah tidak akan
bisa selesai dengan sendirinya. Setiap orang yang memiliki masalah sebenarnya
memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah yang menimpanya, baik
menyelesaikan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Akal yang dikaruniai
Tuhan untuk manusia merupakan potensi besar dalam menyelesaikan masalah.
Masalah
sendiri terbagi menjadi dua, yaitu masalah yang sederhana, dan masalah
kompleks. Masalah sederhana dalam hal penyelesaiannya hanya membutuhkan waktu
yang singkat dan tingkat berfikir yang biasa, seperti bagaiamana agar baju yang
kotor bisa menjadi bersih kembali? Tak perlu berfikir keras untuk mengetahui
jawabannya, tentu saja pakaian yang kotor harus dicuci dengan sabun agar bisa
bersih kembali. Yang kedua adalah masalah kompleks, yang proses penyelesaiannya
membutuhkan waktu yang lebih lama juga perlu berfikir lebih keras untuk
memperoleh solusinya. Contohnya masalah yang berhubungan dengan orang lain,
ketika kita memiliki permasalahan dengan orang lain, dan akan menyelesaikannya
maka permasalahan tak bisa diselesaikan sepihak saja, perlu diperhatikan juga aspek-aspek
yang dapat berpengaruh pada orang lain juga pada diri sendiri, sehingga tidak
bisa hanya berpikir satu kali untuk menyelesaikan permasalahan seperti ini,
langkah yang bisa diambil dapat berupa berdiskusi dan myelesaikan permasalahan
bersama-sama.
Masalah
kompleks juga dapat berupa masalah tentang kepercayaan atau agama, masalah
social, masalah keluarga, masalah kesehatan di lingkungan masyarakat, masalah
organisasi, dll. Metode-metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
kompleks adalah:
- 1. Berdasarkan Pengalaman Masa Lalu
- 2. Berdasarkan Intuisi
- 3. Dengan cara Tial dan Error
- 4. Berdasarkan Otoritas
- 5. Secara Ilmiah
3.
Enlightened
Conscience
(Pecerahan Hati Nurani)
Kejujuran
dan Kebijaksanaan (Truth and Wisdom) juga memilki nilai-nilai yang berkaitan
dengan pencerahan hati nurani, maksud dari pencerahan hati nurani adalah hal
yang menuju kepada kemampuan untuk mengerti dan membedakan hal yang benar dari
yang salah yang didasari oleh informasi yang tepat dan penilaian yang tepat
dari dalam diri seseorang di setiap situasi.
Cara menerangi hati nurani misalnya
dengan memperhatikan nilai-nilai moral yang ada di lingkungan sekitar,
menganalisis dan menentukan bagaimana hal yang benar. Terangnya hati nurani
dapat diukur dan dilatih atau dibiasakan. Terangnya hati nurani dapat diukur
dengan seberapa baik kita melakukan hal-hal yang bernila moral secara sadar,
serta apa saja alasan yang menjadi latar belakang perbuatan tersebut. Misalnya:
- Saya melakukan hal positif hanya karena itu memberikan saya kepuasan hati dan kebahagiaan
- Saya melakukan segala sesuatu sesuai dengan hokum-hukum yang berlaku.
- Saya melakukan shalat, sedekah dan mengaji karena Allah semata.
- Saya memberi makan kucing itu karena saya menyadari bahwa kucing itu merupakan ciptaan Tuhan.
4.
The
Wise Person
(Orang yang Bijaksana)
Kebijaksanaan
diperoleh seiring bertambahnya usia dan pengalaman serta kemampuan memahami
hikmah atau pelajaran yang terkandung dari berbagai hal yang telah dialami
dalam perjalanan kehidupan. Kebijaksanaan adalah harta karun yang tidak dapat
diperoleh dengan mudah, perlu proses dan kematangan berfikir. Untuk dapat
memahami hikmah dan pelajaran yang terkandung dari setiap peristira yang
terjadi, dibutuhkan pengetahuan baik pengetahuan agama, social, pengetahuan
tentang alam, dll. Itulah sebabnya kebijaksanaan berkaitan dengan wawasan dan
pemahaman (Insight and Understanding).
Wawasan
(insight) diartikan sebagai kemampuan untuk melihat dan memahami dengan jelas
hakikat mendalam dari sesuatu. Wawasan dapat diperoleh dengan mengikuti
pendidikan formal maupun non formal, dengan membaca, melalui pendidikan
informal, melalui seminar, diskusi maupun dengan bertanya kepada orang lain
yang lebih memahami. Wawasan sangat penting demi tercapainya kebijaksanaan karena
untuk menjadi seorang yang bijak tentunya harus memiliki pengetahuan yang luas
serta menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki jiwa dan perasaan.
Berbicara mengenai perasaan manusia, Hawkin mengemukakan bahwa manusia memiliki
beberapa tingkatan alam sadar, yang salah satu faktornya adalah emosi atau hal
yang dirasakan. Pendapat Hawkin ini dinamakan Peta Kesadaran Hawkin.
HAWKIN’S
MAP OF CONSCIOUSNESS
Level of Consciousness
|
Life-View
|
Emotion
|
Process
|
Enlightenment
|
Is
|
Ineffable
|
Pure
|
Peace
|
Perfect
|
Bliss
|
Illumination
|
Joy
|
Complete
|
Serenity
|
Transfiguration
|
Love
|
Benign
|
Reverence
|
Revelation
|
Reason
|
Meaningful
|
Understanding
|
Abstraction
|
Acceptance
|
Harmonious
|
Forgiveness
|
Transcencence
|
Willingness
|
Hopeful
|
Optimism
|
Intention
|
Neutrality
|
Satisfactory
|
Trust
|
Release
|
Courage
|
Feasible
|
Affirmation
|
Empowerment
|
Pride(Arrogance)
|
Demanding
|
Scorn
|
Inflation
|
Anger
|
Antagonistic
|
Hate
|
Aggression
|
Desire
|
Disappointing
|
Craving
|
Enslavement
|
Fear
|
Frightening
|
Anxiety
|
Withdrawal
|
Grief
|
Tragic
|
Regret
|
Despondency
|
Apathy
|
Hopeless
|
Despair
|
Abdication
|
Guilt
|
Evil
|
Blame
|
Destruction
|
Shame
|
Miserable
|
Humiliation
|
Elimination
|
Menurut Hawkin, alam sadar manusia
terbagi menjadi 17 level, masing masing level akan memiliki cara melihat hidup(life-view),
emosi (emotion), juga proses yang berbeda. Hawkin menggambarkan bahwa tingkatan
terendah yang ada dalam alam sadar manusia adalah rasa malu/minder, dirinya
melihat bahwa hidupnya sengsara atau menyedihkan, emosi yang dirasakan adalah
kehinaan dan proses yang terjadi adalah penyisihan dari lingkungan.
Sedangkan tingkatan yang tertinggi
adalah Enlightenment atau pencerahan, cara melihat hidupnya adalah berorientasi
pada saat ini, emosinya tak terlukiskan dan prosesnya adalah kesadaran yang
seutuhnya. Beralih dari pembicaraan alam sadar kembali ke kebijaksanaan. Salah
satu ciri kebijaksanaan adalah mau membimbing diri sendiri untuk bangkit dikala
sedang terpuruk.
5.
Believe In Yourself
(Percaya Pada
Dirimu Sendiri)
Kejujuran dan kebijaksanaan juga
berkaitan dengan penghargaan pada diri sendiri (Self-Worth) dan Kepercayaan
pada diri sendiri (Self-Reliance). Kepercayaan pada diri sendiri serta menghargai
diri sendiri dapat membantu seseorang untuk bisa melewati tantangan-tantangan
yang menghadang dalam hidup serta bisa keinginan
dengan tantangan. Menghargai diri sendiri bisa dilatih dengan menerapkan
nilai-nilai positif terhadap diri sendiri, seperti optimis, bersemangat,
bersyukur, bekerja keras, melakukan hobi, berpikir positif, mengenali kelemahan
dan kelebihan diri sendiri dan tidak terlalu menyalahkan diri sendiri.
Sedangkan percaya pada diri sendiri bisa ditumbuhkan dengan optimis,
bersemangat, tidak putus asa, menerima tantangan, mengetahui kemampuan dan
kelemahan diri, bekerja keras untuk meraih keinginan, dll.
Sebuah cerita fabel indian mengenai
seekor tikus dan seorang penyihir. Pada awalnya
tikus merasa tertekan karena
sepanjang hidupnya ia takut akan seekor kucing, lalu sang penyihir merasa
kasihan padanya dan mengubahnya menjadi seekor kucing. Namun setelah menjadi
seekor kucing dia menjadi takut kepada anjing, kemudan penyihir mengubahnya
menjadi seekor anjing. Kemudian ia mulai takut kepada macan maka dia
mengubahnya menjadi macan. Ketika menjadi seekor macan dia sangat takut kepada
pemburu. Ketika itu pula sang penyihir menyerah. Dia mengubah sang macan
menjadi seekor tikus lagi dan berkata “Tak ada yang bisa aku lakukan untuk
membantumu karena kau memiliki jiwa seekor tikus”
Dari kisah diatas kita bisa tahu
tak peduli apakah tikus itu sudah menjadi kucing, anjing, ataupun macan,
kegelisahan dan ketakutan tetap saja memenuhi pikirannya. Tapi ada hal yang tak
disadari oleh tikus tersebut bahwa ketakutan yang dirasakannya berasal dari
dirinya sendiri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tak peduli sudah
menjadi apa diri kita, sebenarnya rasa takut hanya berasal dari dalam diri
sendiri. “We are our worst enemies” merupakan ungkapan yang paling tepat untuk menjelaskan
makna kisah diatas. Tanpa menghargai diri sendiri serta rasa percaya pada diri
sendiri, hidup manusia akan seperti tikus dalam cerita tadi, selalu merasa
ketakutan terhadap tantangan-tantangan yang akan menghadang.
Daftar Pustaka
http://wownita.blogspot.com/2012/09/jadilah-orang-yang-berintegritas.html
http://itjen.kemdiknas.go.id/berita-101-upaya-membentuk-pribadi-yang-berkarakter-dan-berintegritas-melalui-implementasi-nilainilai--pendidik.html
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/strategi-pemecahan-dan-penyelesaian.html
0 komentar:
Post a Comment