Truth and Wisdom


Truth and Wisdom (Kejujuran dan Kebijaksanaan), merupakan tujuan akhir dari perkembangan intelektual.
Cinta pada kejujuran berimbas pada mencari pengetahuan secara terus menerus. Kebijaksanaan merupakan kemampuan untuk membedakan hal yang benar dari yang salah dan mengerti arti serta nilai dalam hidup secara mendalam dan berperilaku dengan selaras.
1.    Integrity as a way of Life

(Integritas Sebagai Sebuah Jalan Hidup)
Sudahkan Anda menjadi pribadi yang berintegritas?
Integritas merupakan kemampuan dari dalam diri secara menyeluruh, konsisten dalam kata-kata dan tindakan seseorang, nilai-nilai dan perilaku; setia untuk berperilaku jujur.
Ada poin-poin penting yang dapat diperoleh dari pengertian diatas:
  1. Kemampuan secara menyeluruh
  2. Konsisten pada kata-kata dan tindakan, nilai dan perilaku
  3. Setia untuk berperilaku jujur
Pentingnya Menjadi Orang Yang Berintegritas
"Lindungi integritas anda layaknya benda keramat." Ralph Waldo Emerson
Integritas merupakan pondasi dasar dari karakter seseorang, orang yang berintegritas akan memegang teguh nilai-nilai terpuji dan tertinggi kehidupan (Superior values) dan melaksanakannya dalam hidup. Nilai-nilai tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti dari agama, pendidikan yang diberikan oleh orang tua, maupun nilai-nilai yang ada di masyarakat. Berpegang teguh pada nilai-nilai yang dianut akan menyebabkan seseorang dapat hidup konsisten dengan nilai-nilai yang dianutnya. Contoh sederhananya, bila anda percaya bahwa Tuhan Maha Melihat, dan pasti mengetahui apa saja yang dilakukan manusia, maka anda akan sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang buruk, menghindari melakukan hal yang dilarang oleh agama, serta melakukan kebaikan-kebaikan meskipun tak ada seorangpun yang melihat.
Orang yang berintegritas adalah orang yang sudah memiliki kepribadian secara utuh, memiliki prinsip dan pendirian. Proses merupakan hal yang terpenting, orang-orang yang berintegritas yakin bahwa apabila melakukan sesuatu sesuai dengan kaidah atau tuntunan yang benar maka hasilnya akan memuaskan, sebaliknya bila proses yang dilakukan sudah tidak benar atau tidak sesuai dengan niali-nilai yang ada maka hasilnya juga tidak akan baik. Sehingga tidak tertarik dengan menyelesaikan masalah dengan cepat namun melenceng dari nilai-nilai terpuji yang ada.
Integritas identik dengan menjaga nilai-nilai kejujuran, setia atau konsisten untuk berperilaku jujur. Berperilaku jujur ketika berada dalam lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dll. Langkah awal untuk menjadi seseorang yang selalu menjaga nilai-nilai kejujuran adalah berusaha untuk jujur kepada diri sendiri. Hidup dalam kebenaran adalah prinsip orang yang berintegritas tinggi. Sebisa mungkin dia akan menghindari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan hal-hal yang ia yakini, dan berpegang teguh pada hal yang ia percayai.
Orang yang berintegritas tinggi akan selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam hidupnya, sebagai implikasi konsisten dalam menjaga nilai-nilai yang dianutnya. Tingkat integritas seseorang dapat diukur dengan seberapa kuat ia memegang teguh hal-hal yang ia percayai, tak terpengaruh oleh lingkungan yang ia tempati, apabila ia terpengaruh dengan nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya sebelumnya maka nilai integritasnya masih belum tertananam dalam jiwa. Sikap orang yang berintegritas, misalnya:
  1. ·         Dapat dipercaya
  2. ·         Menepati Janji
  3. ·         Bertanggung Jawab dalam Berperilaku
  4. ·         Melakukan apa yang dirinya katakan
  5. ·         Membedakan Mana yang Baik dan yang Benar
  6. ·         Menjaga Nilai-Nilai Kejujuran dalam setiap perilaku
Dari contoh diatas, terlihat jelas bahwa dengan menanamkan integritas pada diri dapat menguatkan diri untuk berperilaku terpuji. Adapun beberapa contoh perilaku yang tidak mencerminkan Integritas, misalnya:
  1. ·         Mencontek saat ulangan
  2. ·         Berbohong
  3. ·         Memanfaatkan orang lain demi kepentingan sendiri
  4. ·         Mengingkari Janji, dll.
Faktor yang Mempengaruhi Integritas Seseorang
Integritas itu pondasi karakter, sedangkan karakter seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, sehingga akan berimbas juga pada integritas seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1.      Diri Sendiri
Diri sendiri merupakan salah satu factor terpenting dalam membentuk jiwa integritas seseorang. Masing-masing kita merupakan pemimpin diri sendiri. Perubahan hanya akan terjadi jika diri kita menyetujui untuk berubah. Dalam konteks factor yang mempengaruhi integritas, terkadang muncul godaan berupa pemikiran atau keinginan untuk melakukan hal yang bertentangan dengan nilai yang telah tertanam dalam jiwa. Bila tidak memegang teguh pendirian maka integritas menjadi terabaikan.
2.      Lingkungan
Manusia adalah mahluk social. Tak ada satupun manusia yang bisa hidup sendiri, dalam kehidupan bermasyarakat memang sewajarnya manusia memegang peranan yang berbeda agar bisa hidup saling melengkapi dan saling menghargai dalam keberagaman. Namun adakalanya keberagaman bisa berdampak negatif pada diri sendiri, termasuk integritas kita. Keberagaman cara berfikir dan nilai-nilai social yang dianut yang terkadang bertentangan dengan nilai yang tertanam dalam diri sehingga akan timbul masalah dalam meneguhkan prinsip yang telah diyakini. Contohnya bila melihat beberapa orang dengan sengaja berbohong demi meraih hal yang diinginkan, padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip yang kita pegang, sehingga bila terjadi terus menerus akan menimbulkan konflik dalam jiwa sehingga bila keteguhan hatinya tidak kuat bisa membuat diri kita melakukan apa yang dilakukan orang-orang di lingkungan tempat kita tinggal.
2.    Solving Complex Problem
(Menyelesaikan Masalah Kompleks)
Kehidupan manusia di bumi tak akan lepas dari masalah atau cobaan. Masalah datang silih berganti seiring berjalannya waktu. Masalah yang dihindari tak akan hilang begitu saja, namun akan menumpuk bersama masalah-masalah lama yang belum terselesaikan, masalah yang sedang dihadapi maupun masalah baru yang akan datang. Masalah dapat berkaitan dengan diri sendiri saja, seperti masalah kesehatan, hobi, keperluan, rasa lapar, dll. Namun ada juga masalah yang berkaitan antara diri sendiri dengan orang lain, seperti perselisihan, salah paham, masalah organisasi atau kelompok, dll.
Setiap masalah yang datang menghadang harus diselesaikan, karena masalah tidak akan bisa selesai dengan sendirinya. Setiap orang yang memiliki masalah sebenarnya memiliki potensi untuk menyelesaikan masalah yang menimpanya, baik menyelesaikan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Akal yang dikaruniai Tuhan untuk manusia merupakan potensi besar dalam menyelesaikan masalah.
Masalah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu masalah yang sederhana, dan masalah kompleks. Masalah sederhana dalam hal penyelesaiannya hanya membutuhkan waktu yang singkat dan tingkat berfikir yang biasa, seperti bagaiamana agar baju yang kotor bisa menjadi bersih kembali? Tak perlu berfikir keras untuk mengetahui jawabannya, tentu saja pakaian yang kotor harus dicuci dengan sabun agar bisa bersih kembali. Yang kedua adalah masalah kompleks, yang proses penyelesaiannya membutuhkan waktu yang lebih lama juga perlu berfikir lebih keras untuk memperoleh solusinya. Contohnya masalah yang berhubungan dengan orang lain, ketika kita memiliki permasalahan dengan orang lain, dan akan menyelesaikannya maka permasalahan tak bisa diselesaikan sepihak saja, perlu diperhatikan juga aspek-aspek yang dapat berpengaruh pada orang lain juga pada diri sendiri, sehingga tidak bisa hanya berpikir satu kali untuk menyelesaikan permasalahan seperti ini, langkah yang bisa diambil dapat berupa berdiskusi dan myelesaikan permasalahan bersama-sama.
Masalah kompleks juga dapat berupa masalah tentang kepercayaan atau agama, masalah social, masalah keluarga, masalah kesehatan di lingkungan masyarakat, masalah organisasi, dll. Metode-metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah:
  • 1.      Berdasarkan Pengalaman Masa Lalu
  • 2.      Berdasarkan Intuisi
  • 3.      Dengan cara Tial dan Error
  • 4.      Berdasarkan Otoritas
  • 5.      Secara Ilmiah

3.    Enlightened Conscience
(Pecerahan Hati Nurani)
Kejujuran dan Kebijaksanaan (Truth and Wisdom) juga memilki nilai-nilai yang berkaitan dengan pencerahan hati nurani, maksud dari pencerahan hati nurani adalah hal yang menuju kepada kemampuan untuk mengerti dan membedakan hal yang benar dari yang salah yang didasari oleh informasi yang tepat dan penilaian yang tepat dari dalam diri seseorang di setiap situasi.
            Cara menerangi hati nurani misalnya dengan memperhatikan nilai-nilai moral yang ada di lingkungan sekitar, menganalisis dan menentukan bagaimana hal yang benar. Terangnya hati nurani dapat diukur dan dilatih atau dibiasakan. Terangnya hati nurani dapat diukur dengan seberapa baik kita melakukan hal-hal yang bernila moral secara sadar, serta apa saja alasan yang menjadi latar belakang perbuatan tersebut. Misalnya:
  • *      Saya melakukan hal positif hanya karena itu memberikan saya kepuasan hati dan kebahagiaan
  • *      Saya melakukan segala sesuatu sesuai dengan hokum-hukum yang berlaku.
  • *      Saya melakukan shalat, sedekah dan mengaji karena Allah semata.
  • *      Saya memberi makan kucing itu karena saya menyadari bahwa kucing itu merupakan ciptaan Tuhan.

4.    The Wise Person
(Orang yang Bijaksana)
Kebijaksanaan diperoleh seiring bertambahnya usia dan pengalaman serta kemampuan memahami hikmah atau pelajaran yang terkandung dari berbagai hal yang telah dialami dalam perjalanan kehidupan. Kebijaksanaan adalah harta karun yang tidak dapat diperoleh dengan mudah, perlu proses dan kematangan berfikir. Untuk dapat memahami hikmah dan pelajaran yang terkandung dari setiap peristira yang terjadi, dibutuhkan pengetahuan baik pengetahuan agama, social, pengetahuan tentang alam, dll. Itulah sebabnya kebijaksanaan berkaitan dengan wawasan dan pemahaman (Insight and Understanding).
Wawasan (insight) diartikan sebagai kemampuan untuk melihat dan memahami dengan jelas hakikat mendalam dari sesuatu. Wawasan dapat diperoleh dengan mengikuti pendidikan formal maupun non formal, dengan membaca, melalui pendidikan informal, melalui seminar, diskusi maupun dengan bertanya kepada orang lain yang lebih memahami. Wawasan sangat penting demi tercapainya kebijaksanaan karena untuk menjadi seorang yang bijak tentunya harus memiliki pengetahuan yang luas serta menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki jiwa dan perasaan. Berbicara mengenai perasaan manusia, Hawkin mengemukakan bahwa manusia memiliki beberapa tingkatan alam sadar, yang salah satu faktornya adalah emosi atau hal yang dirasakan. Pendapat Hawkin ini dinamakan Peta Kesadaran Hawkin.
HAWKIN’S MAP OF CONSCIOUSNESS
Level of Consciousness
Life-View
Emotion
Process
Enlightenment
Is
Ineffable
Pure
Peace
Perfect
Bliss
Illumination
Joy
Complete
Serenity
Transfiguration
Love
Benign
Reverence
Revelation
Reason
Meaningful
Understanding
Abstraction
Acceptance
Harmonious
Forgiveness
Transcencence
Willingness
Hopeful
Optimism
Intention
Neutrality
Satisfactory
Trust
Release
Courage
Feasible
Affirmation
Empowerment
Pride(Arrogance)
Demanding
Scorn
Inflation
Anger
Antagonistic
Hate
Aggression
Desire
Disappointing
Craving
Enslavement
Fear
Frightening
Anxiety
Withdrawal
Grief
Tragic
Regret
Despondency
Apathy
Hopeless
Despair
Abdication
Guilt
Evil
Blame
Destruction
Shame
Miserable
Humiliation
Elimination

Menurut Hawkin, alam sadar manusia terbagi menjadi 17 level, masing masing level akan memiliki cara melihat hidup(life-view), emosi (emotion), juga proses yang berbeda. Hawkin menggambarkan bahwa tingkatan terendah yang ada dalam alam sadar manusia adalah rasa malu/minder, dirinya melihat bahwa hidupnya sengsara atau menyedihkan, emosi yang dirasakan adalah kehinaan dan proses yang terjadi adalah penyisihan dari lingkungan. Sedangkan  tingkatan yang tertinggi adalah Enlightenment atau pencerahan, cara melihat hidupnya adalah berorientasi pada saat ini, emosinya tak terlukiskan dan prosesnya adalah kesadaran yang seutuhnya. Beralih dari pembicaraan alam sadar kembali ke kebijaksanaan. Salah satu ciri kebijaksanaan adalah mau membimbing diri sendiri untuk bangkit dikala sedang terpuruk.
5.    Believe In Yourself
(Percaya Pada Dirimu Sendiri)
Kejujuran dan kebijaksanaan juga berkaitan dengan penghargaan pada diri sendiri (Self-Worth) dan Kepercayaan pada diri sendiri (Self-Reliance). Kepercayaan pada diri sendiri serta menghargai diri sendiri dapat membantu seseorang untuk bisa melewati tantangan-tantangan yang menghadang dalam hidup serta bisa  keinginan dengan tantangan. Menghargai diri sendiri bisa dilatih dengan menerapkan nilai-nilai positif terhadap diri sendiri, seperti optimis, bersemangat, bersyukur, bekerja keras, melakukan hobi, berpikir positif, mengenali kelemahan dan kelebihan diri sendiri dan tidak terlalu menyalahkan diri sendiri. Sedangkan percaya pada diri sendiri bisa ditumbuhkan dengan optimis, bersemangat, tidak putus asa, menerima tantangan, mengetahui kemampuan dan kelemahan diri, bekerja keras untuk meraih keinginan, dll.
Sebuah cerita fabel indian mengenai seekor tikus dan seorang penyihir. Pada awalnya  tikus  merasa tertekan karena sepanjang hidupnya ia takut akan seekor kucing, lalu sang penyihir merasa kasihan padanya dan mengubahnya menjadi seekor kucing. Namun setelah menjadi seekor kucing dia menjadi takut kepada anjing, kemudan penyihir mengubahnya menjadi seekor anjing. Kemudian ia mulai takut kepada macan maka dia mengubahnya menjadi macan. Ketika menjadi seekor macan dia sangat takut kepada pemburu. Ketika itu pula sang penyihir menyerah. Dia mengubah sang macan menjadi seekor tikus lagi dan berkata “Tak ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu karena kau memiliki jiwa seekor tikus”
Dari kisah diatas kita bisa tahu tak peduli apakah tikus itu sudah menjadi kucing, anjing, ataupun macan, kegelisahan dan ketakutan tetap saja memenuhi pikirannya. Tapi ada hal yang tak disadari oleh tikus tersebut bahwa ketakutan yang dirasakannya berasal dari dirinya sendiri. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tak peduli sudah menjadi apa diri kita, sebenarnya rasa takut hanya berasal dari dalam diri sendiri. “We are our worst enemies” merupakan ungkapan yang paling tepat untuk menjelaskan makna kisah diatas. Tanpa menghargai diri sendiri serta rasa percaya pada diri sendiri, hidup manusia akan seperti tikus dalam cerita tadi, selalu merasa ketakutan terhadap tantangan-tantangan  yang akan menghadang.
Daftar Pustaka
http://wownita.blogspot.com/2012/09/jadilah-orang-yang-berintegritas.html
http://itjen.kemdiknas.go.id/berita-101-upaya-membentuk-pribadi-yang-berkarakter-dan-berintegritas-melalui-implementasi-nilainilai--pendidik.html
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/strategi-pemecahan-dan-penyelesaian.html

0 komentar:

Post a Comment

What do you think about this blog?